Saat ini kelas untuk anak berbakat (gifted child) atau biasa disebut kelas akselerasi banyak sekali diadakan di sekolah-sekolah favorit. Tapi sebenarnya, seperti apa anak berbakat itu? Dan bagaimana memberi pendidikan yang tepat untuknya?
Anggapan yang ada sampai sekarang adalah, bakat yang dimiliki anak sudah ada sejak lahir. Lalu bagaimana dengan orang tua yang merasa anaknya kurang atau tidak berbakat. Gifted child, menurut Joseph Renzulli mencakup tiga hal, yaitu IQ, kreativitas dan task commitment.
Disarikan dari berbagai sumber, IQ atau Intelligence Quotient alias tingkat kecerdasan standar yang ditetapkan untuk anak berbakat oleh Dinas Pendidikan Nasional tahun 2003 adalah 140. Kalau hasil tes menunjukkan IQ anak mencapai 140 ke atas maka anak itu otomatis disebut anak berbakat.
Tetapi kemudian muncul pembagian tertentu untuk anak berbakat dilihat dari IQ-nya. Keberbakatan ringan (IQ 115 - 129), keberbakatan sedang (IQ 130 - 144), keberbakatan tinggi (IQ 145 ke atas).
Sekolah menetapkan peraturan sendiri dalam menjaring anak berbakat. Ada kelas yang hanya menerima anak dengan IQ 140 ke atas. Tetapi ada juga yang menerima anak dengan keberbakatan ringan dengan mempertimbangkan hasil tes kreativitas, tes task commitment dan hasil wawancara.
Sementara itu, kreativitas bisa diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru atau kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru dari yang sudah ada.
Sifat pribadi kreatif yang lain adalah terbuka pada hal-hal baru, punya rasa ingin tahu yang besar, ulet, mandiri, berani mengambil resiko, berani tampil beda, percaya diri dan humoris.
Humoris? Orang yang humoris punya banyak pemikiran kreatif, beda dari yang lain dan simpanan kosa kata yang banyak. Hebatnya, dia bisa memunculkan ketiga hal itu hanya dalam hitungan detik setelah ia melihat atau mendengar sesuatu.
Proses untuk menjadi kreatif meliputi persiapan atau perencanaan, verifikasi atau pembuktian, dan implementasi atau penerapan. Ada juga hal-hal lain yang berfungsi sebagai pencetus kreativitas sekaligus sebagai penghambat. Antara lain bakat, lingkungan, dan kebudayaan masing-masing.
Sedangkan task commitment adalah sejauh mana tanggung jawab seorang anak dalam meyelesaikan tugas. Tidak hanya tugas dari sekolah tapi juga tugas di rumah dan di sekitarnya. Task commitment dapat diukur melalui tes tertentu yang hanya boleh dilakukan oleh psikolog. Task commitment ini mencakup tanggung jawab, motivasi, keuletan, kepercayaan diri, memiliki tujuan yang jelas sebelum melakukan sesuatu dan kemandirian.
Anak yang memiliki task commitment yang tinggi tidak memerlukan dorongan dari luar untuk menyelesaikan tugasnya. Dan yang tidak kalah penting, tidak suka menunda-nunda pekerjaan.
Menjadi Berbakat
Jadi bagaimana dengan anak Anda? mungkin IQ yang dimiliki tidak sampai 140, dan karena makin dewasa seseorang IQ-nya cenderung konstan.
Biarlah IQ anak tetap segitu, masih ada dua faktor lain yang bisa mendukung keberbakatannya, yaitu kreativitas dan task commitment yang dimiliki. Dua hal ini bisa dilatih. Mulailah dari hal sepele seperti melarangnya melempar tugas yang diberikan guru pada orang lain. Contoh lain, jika selama ini anak Anda sering menunda menyelesaikan tugasnya, mulai sekarang jangan ditunda lagi. Itu menunjukkan ia memiliki task commitment yang tinggi.
Menjadi anak yang pandai bukan sekedar soal masuk kelas akselerasi, lulus lebih cepat dari anak yang lain atau dibilang berbakat. Hal-hal yang kelihatannya sepele, sebenarnya bisa mengubah anak secara keseluruhan.
Kamis
Tiga Hal yang Dimiliki Anak Berbakat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comment Form under post in blogger/blogspot