Selasa

Tangerang - Tugu dan Sungai Cisadane, Pembatas Kekuasaan

Nama Tangerang menurut sumber berita tidak tertulis berasal dari kata ‘Tangeran’. Kata Tangeran dalam bahasa Sunda berarti tanda. Pada masa kolonial, Tangeran di sini berupa tugu yang didirikan sebagai tanda batas wilayah kekuasaan Banten dan VOC.

Tangeran berlokasi di bagian barat Sungai Cisadane (Kampung Grendeng atau tepatnya di ujung Jalan Otto Iskandar Dinata sekarang). Seperti disebutkan dalam situs banten.go.id, tugu tersebut dibangun oleh Pangeran Soegiri, salah satu putra Sultan Ageng Tirtayasa.

Kemudian kata Tangeran berubah menjadi ‘Tangerang’ disebabkan pengaruh ucapan dan dialek dari tentara kompeni yang berasal dari Makasar. Orang-orang Makasar tidak mengenal huruf mati, akhirnya kata Tangeran berubah menjadi Tangerang.

Menurut kajian buku Sejarah Kabupaten Tangerang yang diterbitkan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang bekerja sama dengan LPPM Unis Tangerang, daerah Tangerang sejak dulu telah mengenal pemerintahan. Cerita pemerintahan ini telah berkembang di masyarakat. Cerita itu berawal dari tiga maulana yang diangkat oleh penguasa Banten pada waktu itu. Tiga maulana yang kemudian mendirikan kota Tangerang itu adalah Yudhanegara, Wangsakara dan Santika. Pangkat ketiga Maulana tersebut adalah Aria.

Pemerintahan kemaulanaan yang menjadi pusat perlawanan terhadap penjajah di Tigaraksa, mendirikan benteng di sepanjang tepi Sungai Cisadane. Kata ‘Benteng’ ini kemudian menjadi sebutan Kota Tangerang. Dalam pertempuran melawan VOC, maulana ini berturut-turut gugur satu persatu. Dengan gugurnya para maulana, maka berakhirlah pemerintahan kemaulanaan di Tangerang. Masyarakat mengangap pemerintahan kemaulanaan ini sebagai cikal bakal pemerintahan di Tangerang.

Secara geogafis Kota Tangerang terletak pada posisi 106 36 - 106 42 Bujur Timur (BT) dan 6 6 - 6 Lintang Selatan (LS). Letak Kota Tangerang ini sangat strategis karena berada di antara Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), Kota Tangerang merupakan salah satu daerah penyangga ibukota negara.

Kabupaten Tangerang termasuk salah satu daerah tingkat dua yang menjadi bagian dari wilayah Propinsi Banten. Terletak pada posisi geografis cukup strategis. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur dengan Jakarta dan Kota Tangerang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Sedangkan di bagian barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Serang.

Berdasarkan wilayah pusat pertumbuhan, Kabupaten Tangerang dibagi menjadi tiga area, yaitu Serpong, Balaraja dan Tigaraksa, serta Teluknaga. Pusat Pertumbuhan Serpong meliputi enam kecamatan, yaitu Serpong, Ciputat, Pondok Aren, Legok dan Curug yang menjadi pusat pertumbuhan pemukiman.

Pusat Pertumbuhan Balaraja dan Tigaraksa. Berupa kawasan industri, pemukiman dan pusat pemerintahan. Meliputi delapan kecamatan, yaitu Balaraja, Rajeg, Pasar Kemis, Tigaraksa, Kresek, Cisaka, Cikupa, Kronjo, Jayanti, Jambe dan Panongan.

Pusat Pertumbuhan Teluknaga. Meliputi lima kecamatan, yaitu Teluknaga, Kosambi, Sepatan, Mauk, Pakuhaji, Kemiri dan Sukadiri. Diarahkan untuk pengembangan sektor pariwisata bahari dan alam, industri maritim, pelabuhan laut, perikanan dan pertambakan.