Kamis

Liputan Bisnis Roti dan Kue - Berbekal Loyang, Mengadu Rasa















Meski roti dan kue bukan makanan pokok, namun bagi sebagian orang, panganan ini sering kali dibutuhkan setiap saat. Bermacam roti dan kue ditawarkan oleh toko-toko atau pedagang pinggiran. Ragamnya pun bervariasi, mulai dari kue dan roti tradisional sampai dengan yang bercita rasa internasional. Perkembangan bisnis kue kering dan roti pun tidak sebatas pada satu tempat di satu lokasi atau hanya dijajakan oleh pedagang keliling. Dewasa ini, perusahaan roti dan kue sudah berkembang pesat, bahkan tidak sedikit yang diwaralabakan.


Bisnis roti dan kue sepertinya senantiasa berdenyut kencang, lantaran makanan ini sudah sangat akrab dengan masyarakat. Kendati persaingannya kian ketat, peluang untuk melaju di bisnis roti masih sangat terbuka.

Setiap saat, hampir di semua jalan-jalan perumahan di sekitar tempat tinggal kita, banyak dilintasi oleh pedagang roti, baik dengan gerobak kayuh maupun pikulan. Bahkan, ada juga yang menggunakan motor dan mobil khusus. Mereka mengincar konsumen yang membutuhkan sarapan praktis, di pagi hari atau makanan siap santap setiap waktu.

Pun demikian, roti dan kue sebenarnya bukan saja makanan pagi hari. Roti dapat dinikmati kapan saja. Buktinya, siang atau sore hari bahkan malam sekali pun, ada saja pedagang roti yang berkeliling. Di samping melalui pedagang keliling, roti juga banyak dijajakan di toko-toko dan pasar swalayan.

Roti dan kue memang sangat akrab dengan masyarakat kita. Roti dan kue sendiri relatif mudah ditemui. Mulai dari yang murahan, kualitas sedang sampai kualitas tinggi yang mahal. Produsen roti pun bermacam-macam. Ada yang skala industri, skala menengah dan kecil, bahkan industri rumahan.

Pangsa pasar bisnis roti dan kue juga terbilang sangat luas. Dari masyarakat kecil hingga yang tinggal di perumahan elit, semuanya suka roti dan kue. Tentu, tetap saja, masing-masing target konsumen itu punya kriteria tersendiri tentang roti dan kue favoritnya.

Roti dan kue masa kini
Masyarakat memiliki roti dan kue kesukaannya masing-masing. Pun demikian, dalam bisnis roti dan kue, bukan hanya rasa yang jadi pertimbangan utama bagi konsumen untuk membeli atau tidak. Masih ada ‘kriteria’ tentang asal muasal roti dan kue tersebut atau bentuk dan rupa-rupa roti dan kue tadi.

Mengapa demikian?, pengaruh gaya hidup sepertinya sudah merasuki bisnis roti dan kue. Tidak sedikit masyarakat yang mengkonsumsi panganan ini, bukan karena semata ingin memenuhi rasa laparnya. Tetapi karena mengikuti trend konsumtif dan terhanyut dalam gaya hidup serta westernisasi. Roti dan kue yang berbau asing diborong, hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan gengsi semata.

Meski begitu, dengan adanya trend dari luar negeri dalam bisnis roti dan kue, sepertinya sedikit banyak juga mempengaruhi bisnis roti dan kue lokal. Bagaimana tidak, jika persaingan dengan roti dan kue import begitu ketat, mau tidak mau pengusaha roti dan kue lokal harus memutar otak untuk mempertahankan barang dagangannya. Yang paling mudah, ya tentu saja dengan meningkatkan kualitas produk serta menampilkan produk-produk roti dan kue terbaru yang berkualitas.

Akibat ketatnya persaingan, tak heran jika belakangan banyak bermunculan jenis-jenis roti baru, yang rasanya terkombinasi bermacam-macam rasa. Hal ini adalah salah satu bentuk inovasi dari para pengusaha roti dan kue. Jenis roti dan kue yang terbaru pun disesuaikan dengan keinginan dan kebudayaan konsumen saat ini.

Roti dan kue gaya tempo dulu bukan berarti tak punya peminat. Hanya saja, jika membandingkan dengan roti dan kue masa kini, sudah pasti penggemarnya lebih banyak ketimbang penggemar roti dan kue model dulu.

“Inovasi produk selalu kami lakukan. Dalam periode tertentu, kami selalu meluncurkan roti atau kue model terbaru,” kata Pimpinan AJ Bakery & Cake, Endra Tania Tan.

Merintis bisnis
Seperti bisnis-bisnis lainnya, di luar modal finansial, memulai usaha roti dan kue memang bukan perkara gampang. Apalagi, jika yang ditampilkan adalah roti dan kue dengan merek baru, yang sama sekali belum dikenal masyarakat. Banyak hal yang bisa menjadi kendala.

Salah satunya, barangkali adalah pemasaran. Jika tak memiliki strategi pemasaran atau tenaga pemasaran yang handal, akan sulit bagi usaha roti dan kue itu untuk dapat maju. Jika tak ingin jadi pengusaha roti dan kue ‘penggembira’, kiat-kiat jitu bersaing dengan perusahaan roti dan kue yang sudah lebih dulu ada harus benar-benar disiapkan dengan matang.

Kendala tak berhenti di situ, selain pemasaran, untuk merek baru, rekruitmen karyawan juga akan sedikit merepotkan. Karyawan yang dimaksud di sini adalah orang-orang profesional, yang sudah paham betul seluk beluk bisnis roti dan kue. Biasanya, calon karyawan yang sudah terlatih ini segan untuk masuk ke dalam perusahaan roti dan kue baru. Mereka lebih menyukai bergabung dengan perusahaan roti dan kue yang sudah punya nama.

Bisnis roti memang termasuk bisnis makanan. Karenanya, salah satu pertimbangan utamanya adalah rasa. Pun demikian, soal rasa, sebenarnya itu relatif. Asal masih bisa dikecap oleh lidah, roti dengan rasa biasa saja tetap dapat bersaing dengan roti dan kue yang lain. Jadi, bagi yang hendak terjun ke bisnis roti dan kue, selama rasanya masih dapat diterima, pd saja roti dan kuenya akan dapat bersaing. Tetap semangat dan terus belajar untuk menghadirkan rasa roti dan kue terbaik.

Kendala rupanya bukan hanya milik pengusaha roti dan kue pemula. Bagi pengusaha roti dan kue yang sudah terjun, tetap saja dalam perjalanannya mereka bertemu dengan aral. Yang terbaru, seperti dituturkan Tony Linggi, Director K’s Bakery, masalah krisis energi, mulai dari bahan bakar minyak, gas, dan listrik. Imbasnya, semua bahan baku pembuatan roti dan kue mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan. Dan mau tidak mau, para pengusaha roti dan kue harus mengeluarkan price list baru.

“Saya rasa, masalah kenaikan harga karena krisis energi adalah masalah setiap pengusaha. Meski begitu, kami tetap menyikapinya dengan bijak. Kami tidak bisa menaikan harga seenaknya,” tukas Tony menegaskan.

Sebagai informasinya saja, dari penelusuran AdInfo, harga satu potong roti manis di kawasan Serpong dan sekitarnya berkisar antara Rp 3 ribu hingga Rp 6 ribu untuk ukuran standar. Harga ini boleh dibilang masih terjangkau dan dalam perhitungan yang masuk akal. “Untuk saat ini, harga roti di sekitar Serpong hampir sama, tak berbeda jauh,” ujar Pengelola Red Plum, Felicia Sukiri.

Bahan baku pada usaha roti dan kue memang berhubungan erat dengan kualitas roti. Bagi para pengusaha roti dan kue, harga bahan baku merupakan alat ukur untuk harga roti yang akan dijual, kualitas roti, cita rasa, menghadapi persaingan dan masih banyak lainnya termasuk pangsa pasar yang akan disasar.

Perkuat merek dan waralaba
Sebagaimana kita ketahui, merek atau brand image juga merupakan salah satu aspek utama keberhasilan sebuah bisnis roti dan kue. Bagi pengusaha pemula, tidak ada salahnya untuk merencanakan merek dagangnya dengan lebih seksama dan mendalam.

Pada berbagai perusahaan dengan skala internasional, brand image bukan saja menjadi sekedar identitas bagi konsumen, melainkan menjadi equitas (brand equity), yang bisa dinilai dengan nilai mata uang dan bisa diperjualbelikan, karena dari citra yang dimiliki, pemilik akan mendapatkan keuntungan dalam bentuk pola dan perilaku konsumsi dari pelanggannya.

Kebanyakan pengusaha yang telah aware mengenai pembentukan identitas merek, mengaplikasikan ciri mereknya ke dalam berbagai media pendukung misalnya kartu nama, kemasan, dekor toko, website, kantung plastik, seragam karyawan, dan lain sebagainya. Dan pengaplikasiannya pun diperhatikan dengan seksama, terutama dari pemilihan warna dan bentuk font, yang tidak ter-distorsi antar satu media dengan media lainnya.

Perlu diketahui mengenai merek ini, bahwa tidaklah cukup dengan hanya memiliki sebuah logo yang menarik dan enak dilihat, karena berbagai aspek dari sebuah merek juga perlu mewakili unsur-unsur implisit dan konsep yang hendak ditampilkan, seperti berbagai pilihan sebagai berikut konsep harga yang terjangkau, bersih, modern, hi-tech, kualitas rasa, kualitas bahan baku, originalitas, western style, european style, berkesan merek waralaba yang telah banyak dikenal, home-made, dan lain-lain.

Sekarang ini, di sekitar komunitas kita banyak perusahaan roti dan kue baru bermunculan. Mereka hadir dengan bendera perusahaan masing-masing dan memperkenalkan merek dagangnya sendiri-sendiri. Pun begitu, ada sebagian pengusaha yang jatuh hati dengan merek roti yang sudah tenar, hingga akhirnya memilih untuk mengambil waralaba usaha roti dan kue tersebut.

Sekedar sebagai catatan, waralaba adalah suatu pengaturan bisnis dimana sebuah perusahaan (franchisor) memberi hak pada pihak independen (franchisee) untuk menjual produk atau jasa perusahaan tersebut dengan peraturan yang ditetapkan oleh franchisor.

Franchisee menggunakan nama, goodwill, produk dan jasa, prosedur pemasaran, keahlian, sistem prosedur operasional, dan fasilitas penunjang dari perusahaan franchisor. Sebagai imbalannya franchisee membayar initial fee dan royalti (biaya pelayanan manajemen) pada perusahaan franchisor seperti yang diatur dalam perjanjian waralaba.

Waralaba dapat dianalogikan sebagai perpaduan bisnis ‘besar’ dan ‘kecil’. Besar mewakili kekuatan serta sumber daya sebuah perusahaan besar, dan Kecil sebagai gambaran komitmen individual.

Kegiatan waralaba sepertinya menawarkan wirausaha dengan resiko paling kecil. Tak hanya di bisnis roti dan kue, waralaba hampir ada di setiap jenis usaha, mulai makanan hingga pendidikan.

Dalam konteks bisnis roti dan kue, konsep usaha waralaba menghadirkan standarisasi kualitas yang pasti sama. Maksudnya, dari setiap gerai roti dan kue yang diwaralabakan, konsep, kualitas, dan pelayanannya akan sama meski berbeda lokasi. Lebih dari itu, perusahaan roti dan kue waralaba umumnya cepat dikenal masyarakat karena kecepatannya mengembangkan diri. Sebagai contoh, satu perusahaan waralaba roti dan kue, dalam waktu 1 atau 2 tahun sudah bisa membuka lebih dari 5 gerai.

Memperbanyak gerai dalam waktu singkat, sedikit banyak berkaitan dengan strategi pemasaran dan penanaman citra. Jika disuguhkan pada satu merek tertentu dalam waktu yang relatif cepat dan terus menerus, niscaya, merek itu akan sangat dikenal masyarakat.

Bisnis hari raya
Sementara itu, berkaitan dengan hari lebaran, bisnis roti dan kue biasanya mengalami kenaikan pesanan. Seperti dituturkan oleh Lila, Pengelola produsen bika ambon Metro Jaya, saat hari raya, gerai usahanya mengalami kenaikan order hingga 2 kali lipat. “Menjelang lebaran, pesanan bika ambon kami meningkat dua kali lipat,” katanya.

Senada dengan Lila, Pimpinan Toko Roti dan Kue Soes Merdeka, Temy Ratnadi, juga menyampaikan pendapat yang sama. Hanya saja, Temi menambahkan, menjelang hari lebaran, ia biasa meluncurkan produk-produk khus lebaran seperti kue kering dan parcel.

“Setiap lebaran, kami selalu memproduksi kue kering dan lebaran. Hanya saja, kue kering yang kami sediakan, bukan kue kering umum yang biasa dihidangkan saat lebaran. Kami memproduksi kue-kue kering yang lebih spesial,” pungkas Temi menegaskan.