Selasa

Kanker Serviks, Wanita Harus Peduli dengan Rahimnya

Kanker serviks atau kanker leher rahim menjadi problem kesehatan serius di banyak negara berkembang. Di antara jenis kanker yang ada, kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling banyak penderitanya di Indonesia.

Setelah China, Indonesia merupakan negara diurutan kedua yang memiliki pengidap kanker serviks terbanyak di dunia. Padahal, kanker jenis ini termasuk kanker yang dapat dengan mudah dideteksi secara dini, serta bisa dicegah dan diobati dengan cepat sebelum berkembang lebih lanjut.

Dari seminar kesehatan tentang kanker serviks yang diadakan oleh Binus School Serpong pada akhir Oktober lalu, yang menghadirkan dr. Rianda Wong dari RS Omni International, dapat diketahui jika kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, yakni suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim.

“Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tapi dari data statistik menunjukan bahwa kanker serviks juga dapat menyerang wanita usia antara 20 sampai 30 tahun,” tukas dr. Rianda.

Pada umumnya, lanjut dr. Rianda, gejala wal kanker serviks ditandai dengan ditemukannya sel-sel abnormal serviks melalui sebuah tes atau pengujian, yang disebut tes Pap Smear.

“Sering kali kanker serviks tidak menimbulkan gejala, namun bila sel-sel abnormal berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala seperti pendarahan yang tidak normal, contohnya pendarahan di antara periode menstruasi reguler, periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya, atau pendarahan setelah berhubungan seksual, serta rasa sakit ketika berhubungan seksual,” tegas dr. Rianda menambahkan.

Sementara itu, mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat memicu terjadinya kanker serviks, secara singkat dr. Rianda menjelaskan bahwa setidaknya ada lima faktor utama penyebab kanker serviks. Kelima faktor tersebut adalah Human Papilo Virus (HPV), merokok, hubungan seksual pada usia dini, berganti-ganti pasangan seksual, dan infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.

Hingga kini, obat untuk kanker serviks sendiri belumlah ditemukan. Karena itu, pada kesempatan seminar ini, dr. Rianda menghimbau agar para wanita memeriksakan dirinya melalui tes Pap Smear, sedikitnya setahun sekali.

“Pemeriksaan untuk pencegahan itu penting dan sangat berguna. Kanker serviks adalah penyakit serius. Untuk menekan jumlah penderita kanker serviks, masing-masing dari kita harus peduli dengan kesehatan leher rahim,” ujar dr. Rianda.