Selasa

Harga BBM Naik Lagi… Kaum Ekonomi Sulit Makin Terjepit

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bakal kembali terjadi. Jika berjalan sesuai rencana, pemerintah akan menaikan harga BBM di bulan Juni ini. Walaupun telah disanggah dengan aksi demonstrasi dari masyarakat, mahasiswa, dan elemen-elemen lainnya, sepertinya ini tidak membuat pemerintah mengurungkan niatnya untuk menaikan harga barang kebutuhan pokok yang satu itu.

Pemerintah berencana menaikkan harga BBM rata-rata maksimal 30 persen yang akan direalisasikan pada akhir Mei atau awal Juni 2008 ini. Dengan kenaikan tersebut, pemerintah akan memiliki ruang fiskal yang cukup longgar bagi APBN sebesar Rp 21,491 triliun serta menambah penghematan anggaran menjadi Rp 25,877 triliun.

Untuk itu, seperti yang dilansir dari Antara, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta pemerintah harus menjamin tiga hal yaitu ketersediaan pasok, akses masyarakat, dan keterjangkauan harga jika memutuskan menaikan harga BBM. Kemudian, pemerintah juga harus menjamin bahwa dalam kebijakan menaikan harga BBM tersebut tidak makin memperburuk keadaan ekonomi masyarakat terutama di kalangan bawah.

Jika pemerintah menjadikan kenaikan BBM sebagai satu pilihan, tentunya harus juga mempertimbangkan betul sampai dimana kemampuan masyarakat dapat menanggung beban dan dampak ikutan dari kenaikan itu. Walaupun wacana kenaikan sudah disampaikan kepada publik, namun pemerintah harus benar-benar memperhatikan kelompok miskin karena merupakan pihak yang paling tertekan dari dampak kenaikan harga BBM.

Kenyataannya, kebijakan pemerintah menaikan harga BBM adalah kebijakan yang tidak fair bagi masyarakat, namun realitasnya sulit untuk ditolak karena terkait dengan tugas pemerintah mengamankan posisi APBN.

Masalah lain yang juga timbul, daya beli masyarakat saat ini menurun akibat tingginya tingkat inflasi yang dipengaruhi melonjaknya harga komoditi bahan pangan. Jika harga BBM dinaikan, tentu akan semakin menurunkan daya beli masyarakat.

Terkait adanya selang waktu sekitar satu bulan dari saat pemerintah mengumumkan rencana kenaikan hingga realisasinya pada akhir Mei atau awal Juni ini, YLKI tidak bisa menetapkan apakah sebaiknya dipercepat atau tidak.

Tapi malangnya, dalam rentang waktu sekitar satu bulan itu banyak oknum yang kemudian memanfaatkannya untuk bertindak spekulasi sehingga konsumen kembali dirugikan karena belum lagi kenaikan direalisasikan, harga sudah melonjak.

Harga Sembako di Serpong sudah Naik

Rencana pemerintah menaikan dari harga BBM, rupanya membuat keresahan publik. Di Serpong, pertengahan Mei lalu harga sembako pun sudah mulai merangkak naik. Kenaikan harga BBM dimulai dengan pertamax dan pertamax plus. Terhitung sejak Kamis, 15 Mei lalu harga pertamax dan pertamax plus naik bervariasi Rp 400 hingga Rp 600 per liter.

Dari pantauan AdInfo di beberapa SPBU di wilayah Serpong, harga BBM khususnya pertamax dan pertamax plus sudah mengalami kenaikan. Untuk harga pertamax sebelumnya adalah Rp 8.600 per liter naik menjadi Rp 8.950 per liter. Sedangkan untuk harga Pertamax plus yang sebelumnya adalah Rp 9.000 per liter naik menjadi Rp 9.250 per liter.

Menurut salah seorang pengendara yang dijumpai ketika mengisi BBM, Hendra, dirinya sangat keberatan dengan keputusan pemerintah menaikan harga BBM. “Mau dibawa kemana Negara kita ini jika harga BBM terus naik. Ini jelas akan membuat susah masyarakat khususnya kaum miskin,” ungkap Hendra.

Isu kenaikan harga BBM juga mempengaruhi kenaikan harga sembako di pasar Modern BSD, khususnya sayur mayur, bumbu masak dan minyak goreng. Salah seorang pedagang sayur di Pasar Modern, Aem mengatakan kenaikan harga sejumlah sembako akibat barang dagangan itu cukup sulit diperoleh dan ditambah isu kenaikan harga BBM. “BBM sih memang belum naik, tapi semua harga jual khususnya bumbu dapur dan sayuran sudah mengalami kenaikan,” tukasnya.

Sebagai contoh Aem menyebutkan, harga kangkung yang biasanya dijual Rp 700 seikat naik menjadi Rp 1.000 per ikat. Bawang putih yang sebelumnya Rp 2.500 per kilogram naik menjadi Rp 5.000 per kilogram. Cabe rawit merah awalnya Rp 10.000 per kilogram naik menjadi Rp 18.000 per kilogram. Cabe keriting merah yang semula Rp 13.000 per kilogramnya naik menjadi Rp 16.000 per kilogram, dan cabe rawit ijo yang awalnya Rp 8.000 per kilogram naik menjadi Rp 12.000 per kilogram.

Karena kenaikan harga ini, lanjut Aem, omzet penjualannya menurun. “Sekarang mau bagaimana lagi? Biar kecil yang penting dapat untung. Masalahnya pembeli juga sangat terbebani dengan harga yang melonjak tinggi,” ungkapnya.

Aem juga mengungkapkan, kenaikan harga sejumlah sembako tersebut mempengaruhi pendapatannya. Ini dialami sejak dua bulan lalu. Semula dalam seminggu ia bisa mendapatkan omset sekitar Rp 3 juta per hari, kini ia hanya mampu mendapatkan omset sekitar Rp 1 – 2 juta per harinya.

Dalam kesempatan yang sama, salah seorang penjual sembako, Hari juga menuturkan bahwa isu kenaikan BBM juga berimbas dengan naiknya harga sembako. Menurutnya, harga minyak sayur mengalami kenaikan sekitar 60 persen. Selain itu masih banyak barang-barang lainnya yang ikut naik seperti kecap, saus, tepung, susu dan lainnya.

“BBM belum naik saja semua harga sudah naik, gimana nanti setelah BBM benar-benar naik. Saya berharap agar keputusan pemerintah menaikan harga BBM bisa dicabut” pinta Hari.