Jumat

Panti Asuhan Mekar Lestari, Mengembalikan Hak Anak untuk Dikasihi

Adakalanya seorang anak manusia tidak diharapkan kehadirannya oleh ayah dan ibunya. Terlahir dalam jiwa dan raga yang suci, namun dihinakan oleh orangtuanya, hingga akhir terbuang dan terdampar dalam panti asuhan.

Banyak bayi dan anak-anak yang dibuang serta ditelantarkan orangtuanya akibat pergaulan bebas, alasan ekonomi, maupun pemaksaan kehendak (korban pemerkosaan). Bayi-bayi yang lemah dan tak berdaya tersebut terpaksa menerima perlakuan yang tidak adil, dipisahkan secara paksa dari ibu kandungnya sendiri. Mereka dilahirkan tetapi ditolak keberadaannya.

Dalam gelapnya malam dan terangnya sebuah siang, mereka hanya bisa rindu dekapan ibu kandungnya. Mereka hanya bisa membahasakan kesepiannya dalam isak tangis yang memilukan.

Panti Asuhan Mekar Lestari yang berlokasi di Sektor 1.5, Rawa Buntu, BSD berada di bawah naungan Yayasan Rumpun Lestari. Panti asuhan ini didirikan sebagai wujud nyata dari gagasan Pastor Lambertus Somar MSc., yang sangat prihatin dengan semakin merosotnya makna dari nilai-nilai kehidupan, sekaligus sebagai jawaban atas carut marutnya masalah sosial yangg mewarnai kehidupan di sekeliling kita.

Berdiri sejak tahun 2001 lalu, Panti Asuhan Mekar Lestari berbeda dengan panti asuhan pada umumnya. Panti asuhan ini tidak membina anak yatim paitu yang kemudian diserahkan kepada orangtua angkat.

Dijelaskan oleh Ketua Panti, Lily Anwar, Panti Asuhan Mekar Lestari hadir sebagai bentuk pelayanan kemanusiaan dengan melestarikan, menghormati, dan membela kehidupan. “Sekuat tenaga, kami berupaya untuk mengembalikan hak anak-anak ini untuk dapat diterima kembali ke dalam pelukan orangtua beserta keluarga besarnya,” katanya.
Anak-anak yang ada dalam panti asuhan ini kebanyakan bukanlah anak yatim piatu.

Sebenarnya, sebagian dari mereka masih memiliki orangtua dan keluarga. Namun seperti disebut di atas tadi, keberadaan mereka tidak diterima oleh keluarganya. “Inilah tantang terberat yang kami hadapi. Mengembalikan anak-anak kepada keluarganya,” lanjut Lily.

Lebih jauh Lily menyebutkan, hingga saat ini tercatat ada 70 anak yang tinggal di panti asuhan yang memiliki bangunan gedung bertingkat dan berdiri di atas lahan seluas 2000 meter2 ini. Mereka terdiri dari tiga kelompok, yakni bayi, bayi di bawah tiga tahun (batita), dan bayi di bawah lima tahun (balita). Anak-anak ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Flores, Medan, Jakarta, dan sebagainya.

Dalam kesehariannya, Lily menuturkan, mereka (anak-anak) semua tetap mendapat perhatian dan kasih sayang yang sama seperti anak-anak yang memiliki orangtua pada umumnya. Hanya saja, kasih sayang di dalam panti hanya berasal dari pengasuh dan pengurus panti. “Anak tetap belajar, bermain, makan dengan cukup, serta dijaga kebersihan dan kesehatannya. Di sini, selama menanti diterima kembali oleh orangtua dan keluarganya, mereka kami persiapan yang layak untuk melanjutkan hidupnya,” tegas Lily menambahkan.

Sebuah panti asuhan, tentu keberadaannya bersifat sosial. Tak ada istilah mencari keuntungan di balik penderitaan anak-anak yang ditinggalkan orangtuanya tadi. Begitu pula dengan Panti Asuhan Mekar Lestari, untuk membiayai kehidupan sehari-harinya berasal sumbangan masyarakat dan donatur. “Mengenai masalah keuangan, kebanyakan berasal dari sumbangan masyarakat. Uang sumbangan itu kami kelola dengan baik dan jujur,” ujar Lily lagi.