Selasa

Kurikulum Internasional, Revolusi Pendidikan Lokal

Tak dipungkiri, pihak swasta memiliki peran besar dalam mengembangkan pendidikan di tanah air. Tantangan globalisasi serta tuntutan modernisasi pendidikan pada era teknologi informasi dan komunikasi telah menyebabkan munculnya sekolah-sekolah modern berbasis pendidikan internasional.

Medio 90-an, masyarakat penyelenggara sekolah swasta merintis pendidikan berciri internasional. Memakai bahasa pengantar bahasa Inggris, menyewa guru ekspatriat, serta mengedepankan aplikasi teknologi informasi. Ditambah dengan era reformasi, gejala pembukaan sekolah sejenis semakin menjamur. Sekolah-sekolah seperti ini biasa disebut dengan sekolah nasional plus.

Kurikulum yang terkombinasi antara kurikulum asing dan nasional menjadi ciri utama dari sekolah nasional plus. Istilah ‘plus’ sendiri dipakai untuk menunjukkan kelebihan dibanding sekolah biasa. Kelebihannya itu bisa bermacam-macam, bisa kurikulum, fasilitas, atau tenaga pengajarnya.

Di komunitas kita, cukup banyak sekolah nasional plus. Umumnya mereka bekerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan internasional, untuk menyelenggarakan satu kurikulum tertentu. Pun demikian, kurikulum asing itu tidak serta merta dipakai begitu saja. Para praktisi sekolah nasional plus yang ditemui AdInfo mengaku mereka tetap memasukan kurikulum nasional –meski sebagian- serta tetap menjunjung nilai-nilai budaya Indonesia.

Salah satu contoh kurikulum pendidikan yang internasional adalah yang disebut International Baccalaureate Program, yang disingkat IB. Institusi ini dibentuk pada 1968 dan berpusat di Swiss. Beberapa negara maju, termasuk di dalamnya beberapa lembaga pendidikan, pada waktu itu bersepakat membentuk wadah pendidikan yang memungkinkan lulusannya dari mana pun memiliki akses ke perguruan tinggi di negara-negara maju tanpa harus mengikuti seleksi masuk ke perguruan tinggi yang bersangkutan. Program IB inilah yang betul-betul internasional dan sudah dilaksanakan oleh lebih dari 100 negara di dunia.

Di Indonesia, program IB sudah dipakai oleh beberapa sekolah swasta. Program IB ini sangat berat persyaratannya. Sekolah-sekolah penyelenggara program IB ini harus mendapat sertifikasi dari International Baccalaureate Organisation atau IBO dengan pengawasan berkala yang cukup ketat.

Tujuan akhir dari penggunaan kurikulum internasional tersebut, satu di antaranya adalah memudahkan proses melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Mengapa bisa begitu? Di luar negeri, kurikulum internasional seperti IB atau kurikulum dari Cambridge University sudah begitu dikenal, dan diakui kualitasnya. Sehingga, pelajar yang berlatar belakang pendidikan kurikulum ini dapat dengan mudah masuk ke perguruan tinggi di luar negeri.

Lain halnya dengan kurikulum nasional. Karena bersifat lokal, pelajar dengan latar belakang pendidikan kurikulum nasional terpaksa harus mengambil kelas persiapan sebelum masuk ke perguruan tinggi di luar negeri.

Pun demikian, dengan sudut pandang yang objektif, kurikulum internasional dan nasional, masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Pada akhirnya, akan kembali lagi kepada siswa dan orangtuanya untuk memilih pendidikan seperti apa yang diinginkannya.