Kamis

Gaya Belajar Anak yang menyenangkan, Membuatnya Makin Pintar

Seperti kata pepatah, lain ladang, lain belalang. Lain anak, lain pula gaya belajarnya. Kata-kata bijak itu sepertinya tepat untuk menjelaskan fenomena bahwa tak semua anak punya gaya belajar yang sama. Meskipun mereka bersekolah di sekolah atau bahkan duduk di kelas yang sama.

Setiap anak, memiliki kemampuan memahami dan menyerap pelajaran yang berbeda satu sama lain. Ada yang cepat, biasa saja, dan ada pula yang sangat lambat. Karenanya tak heran jika masing-masing anak punya cara yang berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama.

Sebagian anak ada yang lebih suka belajar dengan cara membaca dari hasil tulisan guru di papan tulis. Tapi, sebagian anak lainnya lebih menyenangi menerima materi pelajaran dengan cara guru menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya. Sementara itu, tidak sedikit pula anak yang mempunyai model belajar dengan menempatkan guru tak ubahnya seorang penceramah. Guru diharapkan bercerita panjang lebar tentang beragam teori dengan segudang ilustrasinya, sementara sang anak mendengarkan sambil menggambarkan isi ceramah itu dalam bentuk yang hanya mereka pahami sendiri.

Pun demikian, apa pun cara belajar yang dipilih, gaya belajar menunjukkan mekanisme setiap individu menyerap sebuah informasi dari luar dirinya. Karenanya, jika kita bisa memahami perbedaan gaya belajar setiap anak dan memberikan materi pelajaran yang sesuai dengan gaya belajarnya akan memberikan hasil yang optimal bagi dirinya.
Disarikan dari banyak sumber, setidaknya ada lima gaya belajar anak, yaitu visual (penglihatan), auditori (pendengaran), kinestetik (gerakan), olfactory (penciuman), dan gustatory (pengecapan). Dari kelima gaya ini, yang paling sering digunakan adalah visual, auditori dan kinestetik.

Gaya belajar visual bercirikan, anak-anak harus melihat dulu buktinya baru bisa mempercayainya. Karakteristik yang khas dengan gaya belajar ini adalah pertama, kebutuhan melihat sesuatu, baik informasi atau pelajaran secara visual, kedua teratur, memperhatikan segala sesuatu dan menjaga penampilan, dan ketiga mudah mengingat jika dengan gambar, serta lebih suka membaca daripada dibacakan.

Untuk gaya belajar visual ini, pendekatan yang bisa ditempuh adalah menggunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran. Perangkat grafis itu bisa berupa film, slide, gambar ilustrasi, coretan-coretan, kartu bergambar, catatan dan kartu-kartu gambar berseri yang bisa digunakan untuk menjelaskan suatu informasi secara berurutan.

Selanjutnya, gaya belajar auditorial atau mengandalkan pendengaran untuk memahami sesuatu. Karakteristik model belajar ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan.

Pendekatan untuk anak dengan gaya belajar auditorial adalah dengan menggunakan kaset perekam sebagai alat bantu. Alat ini digunakan merekam bacaan atau catatan yang dibacakan atau ceramah pengajar di depan kelas untuk kemudian didengarkan kembali.
Gaya belajar lain yang juga unik adalah yang disebut gaya belajar kinestetik yakni harus menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar bisa mengingatnya. Tentu saja, ada beberapa karekteristik gaya belajar seperti ini yang tak semua anak bisa melakukannya.

Bagi para orangtua, akan sangat baik jika memahami cara belajar anaknya. Biasanya, seorang anak tidak hanya memiliki satu gaya belajar saja, karena ada yang menggabungkannya dari beberapa gaya. Orangtua memiliki peranan untuk memperkanlkan beragam variasi cara belajar yang menyenangkan. Jika belajar menjadi menyenangkan dan mudah bagi anak, tentu ilmu yang dipelajarinya pun semakin mudah masuk ke dalam otak.