Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
Penyebab pasti kanker payudara, hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Tapi ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara. Faktor risiko tersebut antara lain usia di atas 60 tahun, wanita yang tidak hamil dan tidak menyusui, serta wanita yang terlalu cepat mendapat menstruasi pertama. Demikian disampaikan dr. Denny Joko Purwanto, Sp. B-Onk, dari Omni International Hospital, dalam seminar ’Deteksi Dini Kanker payudara’ yang diselenggarakan oleh sekolah internasional Stella Maris, Gading Serpong, pertengahan Oktober lalu.
Gejala awal kanker payudara, kata dr. Denny, umumnya berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur.
”Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit di atas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk,” ujar dr. Denny.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah benjolan atau massa di ketiak, perubahan ukuran atau bentuk payudara, keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah), perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu), payudara tampak kemerahan, kulit di sekitar puting susu bersisik, puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal, nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara. Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.
Sementara itu, berkaitan dengan berat badan, dr. Denny menjelaskan, di Amerika atau di Eropa, berat bedan memiliki kolerasi dengan kanker payudara. Wanita dengan berat badan lebih, sangat berisiko terkena kanker payudara.
”Menurut sebuah penelitian, di Amerika dan Eropa berat badan berhubungan dengan kanker payudara. Tapi untuk Asia, khususnya Indonesia, kaitan antara berat badan lebih atau obesitas dengan kanker payudara belum ditemukan,” tegas dr. Denny.
Salah satu faktor risiko yang menarik para peserta seminar adalah faktor wanita yang tidak menikah atau tidak menyusui. Menurut dr. Denny, wanita yang tidak menikah dan tidak menyusui lebih berisiko terkena kanker payudara dibanding wanita yang hamil dan menyusui.
Lebih jauh dr. Denny mengungkapkan, untuk menghindari atau mendeteksi kaker payudara, sebaiknya dilakukan pemeriksaan payudara berkala. ”Memeriksakan payudara itu penting, guna menghindari kanker payudara,” tukas dr. Denny lagi.
Kemudian, sebagai penutup dr. Denny menuturkan, kanker payudara memang penyakit yang didominasi oleh wanita. Kendati demikian, kanker payudara juga dapat menyerang laki-laki. ”Prosentasenya 99 persen banding 1 persen, meski jarang terjadi, kanker payudara juga bisa menyerang laki-laki,” jelas dr. Denny.
Minggu
Kanker Payudara, Belum Diketahui Pasti Penyebabnya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comment Form under post in blogger/blogspot