Senin

Bimbel, Ramai Menjelang Ujian

Lembaga pendidikan bimbingan belajar atau bimbel berperan besar dalam mengangkat prestasi siswa. Materi-materi pelajaran diajarkan kepada siswa dengan pendekatan yang lebih personal. Dengan kelas yang umumnya hanya diikuti sedikit siswa, kegiatan belajar mengajar dirasa makin efektif hasilnya.

Melihat bimbel sebagai peluang usaha, agaknya memang sedikit riskan. Tak seperti usaha jasa lainnya, bimbel hanya berpotensi meraih konsumen manakala mendekati ujian. Kondisi seperti inilah yang banyak dikeluhkan para pengusaha bimbel yang dijumpai AdInfo.

Menurut para pengusaha bimbel tadi, menjelang semester dua bimbel mulai banyak didatangi pelajar. Di masa ini, para pelajar yang datang biasanya ingin mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian, baik ujian kenaikan kelas atau ujian akhir.

Mengelola usaha bimbel sepertinya juga susah-susah gampang. Dibilang sulit karena faktor sumber daya manusia tenaga pengajarnya. Selain harus benar-benar menguasai bidang mata pelajaran yang diajarkan, tenaga pengajar yang ada juga harus mengusai atau setidaknya mengerti berbagai kurikulum dari bermacam sekolah. Maklum, murid-murid bimbel tidak hanya datang dari satu sekolah, melainkan dari bermacam sekolah, dengan latar belakang konsep dan gaya pendidikan yang berbeda-beda.
Sementara itu, usaha bimbel dapat dikatakan mudah untuk dijalankan karena tidak perlu tempat atau lokasi yang istimewa. Cukup ada meja dan kursi untuk belajar, bimbel sudah bisa dijalankan.

Sebenarnya ada banyak hal lain yang ada jika bicara tentang pengelolaan usaha bimbel. Namun, sebagai langkah awal, tentulah mempersiapkan tenaga pengajar dan lokasi.

Membahas tentang peranan bimbel, bimbel sebenarnya hadir untuk mendukung sekolah. Jika pendidikan di sekolah dilakukan dengan cara yang cepat dan umumnya dengan siswa yang jumlahnya banyak, maka di bimbel materi pelajaran benar-benar diberikan hingga si murid mengerti dan kelas diadakan dengan murid yang terbatas.

Bimbel memang tidak semata bisa dikata sebagai tempat mendulang rupiah. Di dalam bimbel tersirat idealisme untuk mencerdaskan anak bangsa. Jadi janga heran jika kebanyakan bimbel yang ada dikelola oleh orang-orang yang peduli dengan pendidikan. Sementara, bimbel yang murni berorientasi pada profit masih sangat jarang ditemui. Dan jika pun ada, konsepnya akan mendekati sekolah, dengan target mendapatkan siswa sebanyak-banyaknya.

Kendala yang juga ditemui oleh para pengusaha bimbel adalah ketidakpahaman orangtua siswa. Apalagi bagi orangtua yang sibuk. Sebagian orangtua ada yang beranggapan, jika sudah ikut bimbel, les, atau kursus pelajaran lainnya, maka si anak sudah dipastikan akan mendapat nilai yang bagus. Padahal, tidak serta merta seperti itu. Orangtua juga harus berperan aktif dalam mendidik dan memotivasi anak-anaknya untuk belajar.

Kondisi seperti inilah yang sangat disayangkan. Seolah-olah, hanya dengan membayar dan ‘menitipkan’ si anak pada bimbel, maka prestasinya akademisnya akan naik. Pemahaman ini harus dirubah, karena tidak selamanya kepandaian itu bisa dibeli dengan uang. Jika ingin berhasil tentu butuh usaha dan kerja keras untuk mewujudkannya.

Belakangan ini, bimbel memang tengah ramai dengan diisi murid-murid baru. Menjelang ujian adalah masa-masa bimbel mendulang berlian. Meski begitu, beban yang dipikul sebuah bimbel tidaklah ringan. Sebab sedikit banyak bimbel bertanggungjawab terhadap peningkatan prestasi belajar anak didiknya.