Sekarang setiap orang bisa memotret karena kamera diproduksi kian praktis. Ibu-ibu rumah tangga pun mampu mengabadikan gambar bagus dengan kamera saku. Sebuah kamera yang bisa dioperasikan secara otomatis.
Rina, seorang ibu rumah tangga dengan dua anak selalu membawa kamera saku digitalnya setiap bepergian kemana pun. Dia senag sekali memotret anak-anaknya. Katanya dia tidak merasa bosan ketika memotret. Apalagi sekarang ukuran kamera tidak terlalu besar. Bisa dimasukan dalam kantung baju atau celana.
“Kita pun tidak perlu susa-susah mengaturnya. Tinggal disetel otomatis, gambar yang diambil pasti bagus,” katanya.
Teknologi kamera, sekarang ini memang semakin canggih dan seperti yang telah disebutkan tadi, praktis. Sebut saja teknologi digitalisasi kamera. Kalau dulu orang harus membeli film, kini film tidak dibutuhkan karena telah digantikan dengan kartu memori. Dan jika dulu orang tidak tahu kualitas dan hasil fotonya, sekarang mereka bisa melihatnya lewat layar di belakang kamera. Jika dirasa hasilnya kurang memuaskan, bisa dihapus, dan foto lagi.
Menurut Arbain Rambey, wartawan foto senior Kompas, ketika menjadi pembicara dalam “Photopoint One Day Workshop Digital Pocket Camera”, kamera saku (pocket camera) sering disebut sebagai “kamera kacang” untuk konotasi main-main. Konotasi itu timbul dari kenyataan, sebagian besar kamera saku pemakaiannya mudah. Harga kamera saku juga relatif murah.
Tapi, jangan lupa bahwa kamera saku sudah tercatat mampu menghasilkan foto yang meraih hadiah Pulitzer, yaitu hadiah jurnalistik tingkat dunia. Ini dibuktikan pada tahun 1954 oleh Virginia Schau di California, AS, yang meraih hadiah Pulitzer dengan kamera Kodak Brownie.
Kalau dipakai dengan benar, kamera saku sebenarnya bisa menghasilkan gambar yang tidak mengecewakan. Bahkan dalam kasus tertentu, mutu foto yang dihasilkan kamera saku bisa menyamai foto yang dihasilkan kamera lensa tunggal (SLR – Single Lens Reflex) profesional. Pemakaian yang benar ini perlu ditekankan sebab dengan keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya, kamera saku memang amat dipengaruhi pada siapa pemakainya dan bagaimana menggunakannya.
Memang saat ini, kamera saku pun telah memasuki era digital dan juga auto focus, serta dengan lensa yang bisa diubah-ubah panjang fokusnya (zoom). Namun bagaimana pun, kamera saku tetap dirancang untuk dipakai dengan mudah.
“Kalau Anda memiliki sebuah kamera saku dan mengakui tidak memiliki pengetahuan fotografi layak, hal pertama yang harus diingat adalah pasanglah kamera Anda pada mode otomatis penuh. Mode ini biasanya ditandai dengan tanda P (program). Baca panduan manual kamera Anda untuk memahami hal ini. Pilihan ISO juga bisa dipasang pada mode otomatis,” ucapnya.
Jenis kamera saku
Pakai kamera saku, gambar pasti bagus. Tunggu dulu, kita harus tahu jenisnya agar mengerti kelebihan dan kekurangannya. Dengan begitu, kita bisa meminimalisir kesalahan dalam pengambilan gambar.
Saat ini kamera saku digital terbagi menjadi tiga kelas:
1. Kelas pertama adalah kamera saku paling sederhana yang semua perlengkapannya tidak bisa diubah-ubah setelannya. Yang sejenis dengan tipe ini adalah kamera pada handphone generasi pertama.
Dengan tidak adanya bagian kamera yang tidak bisa diubah setelannya, pabrik telah mendesain agar kamera dapat adaptif terhadap berbagai kondisi cahaya dan berbagai jarak pemotretan.
Dengan kondisi umum yang ingin dicapai sebuah kamera saku murah ini, bisa dimaklumi pula kalau kecepatan rana yang dimilikinya tidaklah terlalu besar. Hasil pemotretan dengan kamera ini umunya tidak terlalu baik.
Hasil buruk, yaitu objek buram yang dicapai pada pemotretan dengan kamera saku umumnya timbul dari guncangan kamera atau getaran pada saat tombol ditekan.
Solusi: Saat akan menekan tombol, sang pemotret harus yakin kameranya sama sekali tidak berpindah tempat atau bergetar sedikit pun sampai suara “ceklek” berakhir
Kesalahan lain pada pemakaian kamera saku adalah kacaunya gelap terang pada foto yang tercetak. Kesalahan ini timbul karena obyek yang dipotret mempunyai berbagai gradasi kecerahan, misalnya memotret orang dalam rumah dengan latar belakang halaman terang benderang.
Pencahayaan pada kamera saku akan mengukur bagian yang terang, sehingga obyek yang gelap dari sekelilingnya akan menjadi gelap sama sekali. Solusi: Memotretlah keadaan-keadaan yang mempunyai kecerahan cahaya rata.
2. Kamera saku jenis kedua adalah kamera saku otofokus (auto focus) atau kamera yang mempunyai kemampuan menajamkan imaji obyek yang akan kita pilih, secara otomatis. Lensa yang terpasang pada kamera ini mampu mengubah-ubah jarak penajamannya sendiri. Jenis ini umumnya ditandai dengan tulisan “AF” pada badan kameranya yang merupakan singkatan Auto Focus.
Pada saat akan dipakai memotret, yaitu pada saat tombol mulai ditekan, kamera mengeluarkan sinyal (sering berupa sinar infra merah) yang tidak terlihat mata manusia. Sinyal ini lalu dipantulkan oleh obyek yang akan difoto dan pantulannya diterima kembali oleh kamera. Dari pantulan inilah kamera tahu jarak penajaman yang harus dipilihnya.
Pemotretan dengan kamera saku AF yang menghasilkan gambar buram (tidak fokus) terjadi karena pemotretan terburu-buru saat menekan tombol. Kamera belum sempat menyesuaikan diri, jepretan terlanjur terjadi. Solusi: Sebaiknya kalau memotret dengan kamera saku AF, tekan tombol sedikit sekitar dua detik, baru kemudian ditekan sampai bunyi “ceklek” terjadi.
Kesalahan lain dengan pemakaian kamera ini adalah saat memotret obyek yang terpencar, misalnya memotret orang di depan kita. Kamera memyesuaikan penyetelan jarak penajaman berdasarkan pantulan yang datang dari benda tepat di depannya.
Solusi: Jadi bila ada dua orang di depan kamera, dan kebetulan titik tengah bidikan jatuh pada celah antara kedua orang itu. Mungkin gunung nun di jauh di sana atau mungkin pula pohon di jarak beberapa puluh meter.
Hasilnya, foto orangnya buram, sementara gunung di kejauhan tampak lebih tajam. Untuk mengatasi hali ini, sebaiknya saat menekan tombol penyesuaian fokus (belum menjepret), titik tengah bidang bidik yang tampak di mata diarahkan pada salah satu dari dua orang yang akan dipotret. Lalu dengan hati-hati geserlah kamera sampai mendapatkan komposisi yang diinginkan, baru jepretkan kamera.
3. Jenis canggih. Kamera saku jenis ketiga adalah yang paling mutakhir. Di samping memiliki kemampuan otofokus, kamera ini juga bisa diubah-ubah panjang fokalnya. Istilah kerennya bisa dizoom. Bisa menjadi telelens (lensa sudut sempit) dan bisa pula menjadi sudut lebar (wide angle lens).
Ada catatan penting tentang hal ini. Saat ini ada dua macam zoom yang ada yaitu zoom digital dan zoom optical. Kalau kamera Anda hanya dilengkapi dengan zoom digital, sebaiknya fasilitas ini jangan dipakai sebab ini adalah zoom palsu. Gambar Anda hanya diperbesar dengan interpolasi. Seringkali, interpolasi di kamera jauh lebih buruk hasilnya daripada Anda interpolsai sendiri dengan program khusus.
Sedangkan zoom optical adalah zoom sesungguhnya, alias gambar diperbesar dengan upaya lensa mengubah lebar atau sempitnya bidang pandang.
Yang perlu diingat adalah, kalau tidak perlu sekali janganlah mengubah-ubah panjang fokalnya. Geseran-geseran yang terjadi saat lensa memanjang atau memendek membuat aus sederet kabel kecil yang mengontrol pergerakan lensa itu. Sebagian besar kerusakan kamera jenis ini adalah pada kabel-kabel halus tapi peka ini.
Pemakaian kamera dengan kondisi lensa dalam keadaan terpendek umumnya sudah mampu untuk memotret berbagai keperluan umum.
Berlatih
Setelah kita tahu apa saja jenis kamera saku digital, ada baiknya kita terus mencoba agar gambar yang kita ambil semakin bagus. Meski pun ada beberapa keterbatasan, sekarang ini kamera saku kalau dioperasikan secara benar tidak kalah dengan kamera profesional sekelas SLR.
Syaratnya adalah mengenal dengan baik kamera saku yang digunakan dan banyak berlatih. Sering-seringlah memotret agar kita terbiasa dan luwes mengendalikan kamera. (sumber: Arbain Rambey, “Memahami Kesederhanaan Kamera Saku”)
Rabu
Kamera Saku, Kian Populer, Tak Kalah dengan SLR
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comment Form under post in blogger/blogspot