Kamis

Plumeria, Bunga Cerah yang Beraroma

Bagi para penghobi tanaman hias, selain adenium dan pachepodium, masih ada satu jenis turunan kamboja yang tak kalah menggoda, yaitu plumeria namanya. Hampir sama dengan adenium maupun pachepodium, proses perkembangan plumeria juga dapat tumbuh secara hibrid. Artinya, tanaman ini dapat juga disilangkan, yang akan melahirkan aneka hibrida baru.

Dikutip dari berbagai sumber, plumeria, juga sering disebut Frangipani, yang merupakan satu dari 7 spesies kamboja lokal yang banyak tumbuh di daratan Amerika. Ciri khas tanaman ini terletak pada corak dan warna daunnya yang menonjolkan keindahan bernuansa cerah serta aromanya yang wangi. Pohon ini memiliki karakter yang ramping tapi bisa tumbuh besar atau luas.

Selain itu, plumeria juga memiliki karakter tersendiri yang sesuai dengan asalnya. Plumeria Rubra (Common Frangipani, Red Frangipani) misalnya, adalah jenis yang banyak ditemukan tumbuh di sekitar daratan Meksiko, Amerika Tengah dan Venezuela. Karakter dan warna bunganya bervariasi, bukan hanya merah pekat, tapi juga kuning, putih, dan merah jambu.

Plumeria dari Meksiko dan Amerika Tengah kemudian berkembang dan menyebar ke daratan tropis lainya seperti Hawaii, di daratan dimana jenis ini ternyata tumbuh dengan lebih subur, tak seperti biasanya. Barangkali karena itu pula, hingga kini orang kerap menyebut tanaman ini berasal dari Hawaii.

Plumeria pertama kali dikembangakan oleh seorang botanis Prancis yang bernama Charles Plumer, yang pernah menjelajahi dunia untuk mendokumentasikan aneka tumbuhan dan spesies binatang untuk penelitiannya.

Nama asli plumeria berasal dari Frangipani yang berasal pemberian nama oleh satu klan terhormat di Italia pada abad ke-16 yang pernah menemukan tanaman tersebut, lalu menamainya perfume. Barangkali, kata ini juga muncul dikarenakan wangi bunga plumeria yang semerbak.

Dalam bahasa Meksiko, plumeria kerap disebut Nahualt (dari bahasa Aztec), yang berarti ‘bunga gagak’. Bunga ini sendiri sering digunakan mereka untuk pengobatan, semisal sebagai obat penawar dan salep.

Di negara lain, namanya pun berbeda-beda. Di Indonseia sendiri plumeria kerap disebut kembang kamboja, Temple Tree atau Champa di India, Kalachuchi di Filifina, Araliya atau Pansal Mal di Srilanka, Lantom atau Lilarwadee di Thailand, dan Dead man's fingers di Australia. Tapi, mayoritas orang Eropa menyebutnya plumeria.
Daya pikat dari tanaman yang masuk dalam kelas Magnoliopsida ini bukan hanya pada bunganya yang indah, tapi juga pada wanginya. Tanaman ini kerap digunakan untuk proses aroma terapi dan spa.

Plumeria sebaiknya ditananam dengan media tanah humus. Semasa proses pertumbuhan awal, sebaiknya tanah humus dicampur dengan sekam serta kotoran kambing dengan perbandingan 1 banding 1. Untuk kotoran kambingnya sendiri, cukup setengah dari perbandingan itu.

Plumeria juga bisa disilangkan, sehingga melahirkan hibrida baru. Untuk saat ini jumlah hibrida plumeria yang masih beredar di Indonesia ada 82 macam. Itu pun hanya yang sering dicari para penghobi saja. Dari 82 hibrida itu, di antaranya adalah festo ferong, hot pink, wedding bucket, plumeria batik, plumeria cendana, merah koin dan lain-lain. Ada juga plumeria parigata, yang juga memiliki keunikan pada daunnya, berwarna hijau kekuning-kuningan. Sebenarnya kita sendiri memiliki 112 hibrida baru, dan itu semua merupakan hasil persilangan yang dibuat selama ini.