Provinsi Banten memiliki banyak daya tarik wisata yang telah terkelola dengan cukup baik, mulai dari daya tarik wisata pantai, seperti pantai Anyer, Carita, Karang Bolong, dan Bagedur, sampai daya tarik wisata rohani, seperti Masjid Agung Banten, dan kesenian lokal tradisional, seperti debus, rampak bedug, dan tari-tarian tradisional.
Dengan kesiapan sektor pariwisatanya, provinsi Banten ditunjuk oleh pemerintah pusat sebagai salah satu provinsi yang aktif mendukung program Visit Indonesia Year 2008. Melanjuti ketetapan tersebut, Provinsi Banten menggelar Gebyar Wisata Banten yang dilangsungkan pada 12 hingga 16 November lalu, di BSD Junction, Serpong, Tangerang.
Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah bersama Wakil Gubernur H. M. Masduki memukul bedug menandai dibukanya Gebyar Wisata Banten 2008. Dalam sambutannya, Ratu Atut mengatakan pameran budaya ini sebagai wadah transformasi informasi budaya yang ada di Banten dan daerah lainnya. “Ke depan akan dilakukan kerja sama yang lebih nyata lagi, tidak hanya sekedar pameran,” katanya.
Banyak kegiatan yang terkait pariwisata dilaksanakan pada kesempatan itu. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini, sektor pariwisata Banten pada khususnya, dan sektor pariwisata Indonesia pada umumnya akan semakin berkembang.
Kegiatan-kegiatan utama pada Gebyar Wisata Banten tahun 2008 adalah pameran wisata anggota Mitra Praja Utama (MPU), rally wisata, dan pemilihan Kang Hong Banten.
Pameran wisata anggota MPU diisi dengan berbagai informasi yang berkenaan dengan sektor pariwisata masing-masing anggota MPU. Di sini, masyarakat dapat mengakses daya tarik wisata, juga paket-paket wisata yang ada di tiap-tiap daerah anggota MPU tersebut.
Sementara, Rally wisata merupakan sebuah paket wisata yang dibungkus dengan kegiatan rally. Sedangkan pemilihan Kang Hong Banten bertujuan untuk menetapkan duta wisata Banten untuk satu tahun berikutnya.
Provinsi Banten memiliki potensi wisata yang sangat bagus. Provinsi di ujung barat Pulau Jawa ini mempunyai 204 objek wisata, berupa wisata alam, budaya, dan keluarga. Banten juga memiliki 45 jenis kesenian daerah.
Dalam acara Gebyar Wisata Banten, panitia menyediakan 60 stan. Kota dan Kabupaten seluruh Banten mengisi stan tersebut dengan menampilkan potensi wisata masing-masing daerah. Tak ketinggalan pula BUMD dan BUMN serta beberapa provinsi seperti Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur juga mengikuti pameran ini.
“Gebyar Wisata Banten bertujuan memperkaya pengetahuan pariwisata di Provinsi Banten. Potensi tersebut harus digali terus,” tambah Ratu Atut.
Aneka produk kerajinan tangan tampil di Gebyar Wisata Banten ini. Ada batik Pekalongan, ada patung kayu Jepara, ada olahan buah merah Papua, ada kerajinan rotan persembahan PT Telkom, dan lain sebagainya.
Setelah aneka produk, ada juga stan khusus yang menyediakan informasi seputar tempat-tempat wisata yang ada di tanah air. Dengan leluasa, masyarakat dapat memperoleh informasi wisata dalam negeri sepuasnya.
Selain menampilkan stan-stan wisata, Gebyar Wisata Banten juga menggelar beragam acara yang menarik setiap harinya, selama masa pameran. Acara-acar tersebut antara lain lomba tari anak-anak, talk show, dan hiburan massal lainnya.
Kurang ramai
Pembukaan Gebyar Wisata Banten memang berlangsung meriah. Tapi, dalam perhelatannya, tak sedikit pihak yang menyatakan jika Gebyar Wisata Banten ini sepi pengunjung. Seperti yang dilansir kompas.com, sebagai kegiatan bertaraf nasional, pelaksanaan Gebyar Wisata Banten ternyata kurang memuaskan dari segi pengunjung. Hal ini mengakibatkan omzet penjualan kerajinan yang ditampilkan dalam acara itu menurun.
Bahkan, sebelum acara berakhir pada Minggu, 16 November, banyak stan pameran pariwisata yang berkemas, terutama yang datang dari daerah jauh, seperti Simalungun, Lombok Barat, Tuban, Lampung, Kota Baru, dan Kalimantan Timur.
“Saya mewakili usaha kredit menengah dari Jawa Timur merasa kurang puas dengan ajang gebyar pariwisata tahun ini. Peminatnya sangat sepi,” ujar Nur S B, penjaga stan dari Jawa Timur, seperti dilansir kompas.com.
Menurut Nur, kegiatan tersebut minim informasi kepada masyarakat. Selain itu, kerja sama para panitia juga kurang terkoordinasi dengan baik sehingga sering terjadi keterputusan komunikasi antara pihak panitia dan pengelola stan.
“Sebagai seorang penjual kerajinan tangan, kepuasan tidak hanya dari omzet penjualan, tetapi juga pada interaksi dengan pengunjung. Itu sudah cukup mewakili kepuasan kami sebagai perajin. Interaksi saja tidak ada, bagaimana orang mau beli,” katanya lagi.
Nur melanjutkan, sebelum berangkat dari Jawa Timur, ia menargetkan minimal produknya terjual 60 persen dengan asumsi mengembalikan modal untuk dana transportasi. Namun, produknya hanya terjual satu dus dari lima dus kerajinan yang dibawanya sehingga omzetnya diperkirakan hanya mencapai 20 persen.
Sementara itu, dari pantauan AdInfo, Gebyar Wisata Banten sudah dipromosikan sedemikian gencar kepada masyarakat umum. Di sepanjang Jalan Raya Serpong, sebelum acara digelar, sudah banyak spanduk dan baliho raksasa yang memberitahukan akan diadakan Gebyar Wisata Banten.
Selasa
Gebyar Wisata Banten, Ajang Unjuk Potensi Wisata
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comment Form under post in blogger/blogspot